Allim
Jumlah posting : 113 Join date : 30.06.08
| Subyek: Memburu Makna Cinta Sat Jul 05, 2008 1:17 am | |
| Memburu Makna Cinta
Oleh : Mochammad Moealliem
Sudah tentu ketika kita membaca, mendengar, atau merasa tentang cinta akan rela meninggalkan segalanya, berusaha sekuat tenaga untuk tidak terlambat sedikit pun, konsentrasi pada apa yang dibicarakan, sampai bangga meski menjadi hamba-hamba sang kekasih, mendengar suaranya saja, seolah pikiran secara otomatis mereduksi segalanya tentang kekasih, mari tersenyum sejenak sembari berfikir sedikit, adakah kita telah mengingat kekasih kita (?), tentunya apa yang ada diotak penulis dan otak pembaca ada perbedaan, sesuai dengan file-file yang telah terdata. Namun kalau terjadi kesamaan kita harus bersaing dengan sehat, bukankah persaingan itu mendidik kita untuk lebih bermutu dan berkualitas.
Kepada apa atau siapa kita cinta? tentunya rasa cinta, seperti rasa manis gula, gula satu sendok akan manis untuk satu cangkir kopi, kurang manis untuk dua cangkir kopi, tidak manis jika untuk tiga cangkir atau selebihnya, Cinta yang tak terbagi akan lebih manis, tapi asyiknya rasa itu tidak seperti rasa manis pada kopi-kopi dalam cangkir itu, akan tetapi ada naik turun, kadang manis, kadang juga masam, kadang juga pahit, hanya ada satu cinta yang selalu manis, cinta apakah itu?
"Mailul qolb ila syai'in" condongnya hati pada sesuatu, anak kecil biasanya suka terhadap mainan, gara-gara mainan saja, anak itu nggak bisa tidur, apalagi mainannya itu diambil orang, biasanya anak kecil itu akan menangis, memarahi ibunya, bahkan dibelikan yang baru nggak mau, pokoknya harus yang itu, terkadang dipinjam orang nggak boleh, (maklum saking cintanya), disebut orang lain saja, matanya melotot seperti kepalan tangan, bahkan tidur pun harus dekat dengan mainan itu.
Agak besar dikit anak itu, kini mulai suka sama lawan jenisnya, dan ketika melihat anak kecil seperti diatas dia bilang, "ngapain suka sama mainan, nggak asyik tahu nggak?", gara-gara lawan jenis itu, anak ini kini rapi, necis, kemana-mana bawa sisir rambut, sesekali membuat jalan tol yang akan dilalui kutu yang ada dikepalanya, wajahnya nempel pada cermin, sepatunya menkilap dengan memendam kakinya yang berbau, hatinya dag dig der, tiap hari ada aja kegiatan, kalaupun nggak ada hal itu diusahakan ada, sms tiap menit, telpon tiap hari, melamun tiap malam, pokoknya beda deh dengan anak yang suka mainan tadi.
Namun ternyata kalau dipikir tak jauh beda dengan anak kecil, coba kalau lawan jenisnya diambil orang, mungkin bisa nangis kayak anak kecil yang mainannya hilang, dicarikan yang baru juga nggak mau, nggak bisa tidur, bahkan namanya disebut orang saja, matanya merah seperti api. Kalau mainan anak kecil tadi kan nggak punya hati, jadi santai saja, mainan itu nggak bakalan serong, atau tertarik pada yang lain, tapi kalau mainan anak besar, dia punya hati, apalagi punya budaya nomad, suka pindah-pindah tempat, wow...mungkin lebih perih dari luka yang tersiram air garam, belum lagi persaingan ketat, dan suhu udara persaingan yang tidak sehat, bisa-bisa menjadi bomerang bagi jiwanya.
Huh, mungkin kita pernah merasakan hal demikian, entah sekarang masih berlanjut atau ganti model, yang jelas kita pernah mengalami kondisi anak kecil dan anak besar diatas dengan standar yang berbeda. Baik dalam lawan jenis, lowongan kerja, politik, dan sebagainya.
Begitulah kalau kita mengagumi mainan, kita dipermainkan, dibuat tertawa sejenak, lalu dibuat menangis, dibuat bahagia sejenak lalu menderita lebih lama, menjadi Raja yang diperlakukan seperti budak, ditipu dengan puja-puji, dihina namun bangga, diadu domba dengan hadiah pahlawan. Itu baru menyukai mainan, apalagi menyukai yang beneran tentunya lebih dasyat, makanya kita harus terampil dan terdidik, serta tahan banting jika ingin menjadi pecinta tangguh.
Makanya kawan, jangan terlalu suka sama mainan, biar nanti kalau hilang kamu nggak terlalu sedih, bukankah kawan ingat bahwa, "likulli syaiin idza faroqtahu 'iwadlun, wa laisa lillahi in faroqta min 'iwadli" bagi segala sesuatu jika kamu berpisah dengannya pastilah ada gantinya, namun tiada bagi Allah, jika kamu berpisah denganNYA suatu ganti.
Nah, kalau kamu suka disimpan aja, misalkan kamu suka sama penulis he he he, yach disimpan aja nggak usah pasang baliho, atau pasang spanduk, kalau kata orang arab, "aisyna'ul bahibbak leih? Bahibbak bas si miss 'aila" nggak faham yach, limadza turidu an aqula uhibbuk? Uhibbuk lakin lastu qo ila, masih belum faham, why you want me to say "i love you"? i love you, but i don't say it, udah faham khan? Kalau masih belum, ngapain sih kamu pengen aku bilang, aku suka padamu? Aku suka padamu, tapi aku tak mengatakannya.
Begitu pula jika kita mencintai Allah, nggak usah bilang siapa-siapa, sebab jika kita katakan pada orang lain kadar cinta kita akan berkurang, coba lihat aja orang-orang yang mengaku dengan berteriak kalau dia cinta Allah, biasanya cintanya tak dalam, dia hanya ingin orang lain beranggapan bahwa dia cinta Allah, padahal perintah dan larangan Allah di langgar dan terjang, padahal konsep cinta adalah melakukan segala yang diperintah dan menjauhi segala yang dilarang, mungkin itu hanyalah ketidak beranian dalam bersaing secara sehat, sebagai mana aturan main, "inna akromakum indallahi atqokum" Sesungguhnya kemulyaan kalian dihadapan Allah adalah kwalitas taqwa kalian.
"Jika kau datang padaku dengan berjalan, maka AKU datang kepadamu dengan berlari", "Cintailah AKU niscaya aku mencintaimu melebihi cintamu kepadaku" , "Mintalah kepadaKU niscaya AKU mengabulkannya", Itu firman Allah. Cinta yang selalu manis hanyalah cinta pada Allah, hanya saja kita lebih suka pada mainan, dan sibuk mencintai mainan yang tak bisa memberikan cinta yang lebih dari cinta kita padanya, bahkan sering merasakan pahitnya.
Hanya Allah lah pecinta sejati, belum diminta sudah memberi, senakal apapun manusia, kalau taubat diampuni, Bijaksana, Adil, dan Maha mengetahui, maha luhur dan maha tinggi, yang punya langit dan bumi, semoga kita menjadi kekasihnya seperti para nabi, rela berkorban demi kekasih yang maha suci.
Alliem Selasa, 26 September 2006 Butuh Mainan yang bagus | |
|