KanG_GurU
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
KanG_GurU

Virtual Islamic Education
 
IndeksIndeks  PencarianPencarian  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  

 

 Perokok Dalam Islam

Go down 
PengirimMessage
Allim

Allim


Jumlah posting : 113
Join date : 30.06.08

Perokok Dalam Islam Empty
PostSubyek: Perokok Dalam Islam   Perokok Dalam Islam EmptySun Jul 06, 2008 12:25 pm

Perokok Dalam Islam
Oleh : Mochammad Moealliem
 
Suatu ketika ada seseorang ditangkap polisi, tanpa dia tahu kesalahan apa yang dilakukannya, dimana dia sadar betul bahwa dia tak melakukan kesalahan yang sepanjang pengetahuannya tidak berhak polisi menangkapnya, namun apa boleh buat kegundahan hati begitu brutal memperkeruh otak untuk mencari pintu keluar. Dalam pada itu keadaan makin tidak masuk akal, kenapa polisi tak bicara apa-apa, hanya menggandengnya dan mengantarnya hingga di gerbang tangga menuju toilet yang ada dibawah pelataran Masjidil Haram.
 
Dalam hatinya, berusaha menjernihkan ruang untuk melihat daftar kosakata yang akan dipakai untuk beladiri jika memang diperlukan, tentunya beladiri argumen, sebab dalam keadaannya dia tak boleh bertengkar atau bahkan ber"jidal"ria, tahukah pembaca apa bedanya jidal dengan adu argumen?
 
Jidal atau mujadalah atau bisa juga mujadilah, seingat penulis adalah perdebatan yang bisa mengakibatkan perang dlihat dari segi tatanegara dan politik, dalam hal umum mungkin debat yang sedikit memakai emosi, setidaknya lawan bicara akan terpancing emosinya, maka dalam mengajak manusia kejalan yang benar salah satunya dengan jidal yang terbaik, wa jadilhum billati hiya ahsan.
 
Jidal memang beda dengan debat untuk menentukan hukum, jadi kalau dalam haji anda istinbat hukum suatu hal kemudian ada kawan anda yang beda pendapat, maka setahu saya itu bukan jidal, tapi musyawarah.
 
Mungkin polisi tadi juga tahu, bahwa orang yang ditangkapnya bukanlah orang yang melakukan kejahatan yang dilarang agama, hanya saja melanggar aturan yang disepakati ditempat polisi tersebut bekerja. Lalu dengan deg-degan seorang itu mengikuti apa yang ditunjuk oleh polisi, sebuah papan bertuliskan peraturan, sambil membiarkan rokoknya termakan angin secara pecuma, karena dihidden di belakang tubuhnya untuk menghormati polisi, ternyata kawasan ini adalah "no smoking", dengan buru-buru dia mematikan rokoknya, dan polisi pun pergi begitu saja, unik tapi membuat deg-degan.
 
Pembaca jangan pusing dulu dengan lika-liku diatas, pembaca akan memasuki pabrik untuk meneliti rokok dalam Islam, serta dalam kehidupan sosial masyarakat indonesia secara khusus dan seluruh dunia secara umum. Penulis berharap anda memberi komentar setelah membaca sampai selesai, jika tidak selesai mungkin akan bermasalah.
 
Hukum dalam Islam itu ada 5, kalau diringkas lagi ada 3, penulis bermadzhab syafi'i, maka bagi siapa saja boleh membenarkan jika terjadi kesalahan, tentunya dengan konsep syafi'yah, sebab akan berbahaya jika disilang-fatwa dengan madzhab yang lain. 3 hukum, Wajib, Jaiz, Haram, jika diperpanjang menjadi 5 hukum, Wajib, Sunah, Mubah, Makruh, Haram.
 
Jika diperpanjang lagi akan menjadi, Wajib ain, wajib kifayah, sunah muakkad, sunnah ghoiru muakkad, mubah, makruh tanzih, makruh tahrim, Haram. Penulis pikir diatara pembaca ada yang bingung, tapi semoga kebingungan membawa pengalaman. Kita tahu bahwa alhalalu bayinun wal haramu bayinun (maaf nulisnya ala ilmu nahwu) artinya, sesuatu yang halal itu jelas, dan sesuatu yang haram itu juga jelas. Namun sesuatu diantara keduanya adalah hal yang mutasyabih, kalau dalam konsep penulis adalah jaiz (boleh), hanya saja kebolehan ini akan terbagi menjadi, sunnah, mubah, dan makruh.
 
Nah merokok dalam hal ini tidak ada dalil yang mewajibkan, begitupun tak ada dalil yang mengharamkan secara jelas, dalil yang saya maksud disini adalah nash qur'an dan hadith nabi, padahal Allah melarang orang mukmin untuk mengharamkan sesuatu kecuali Allah memberikan keterangan secara jelas.
 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. QS.5:87
 
Bahkan nabi muhammad pun tak diizinkan mengharamkan sesuatu kecuali Allah yang mengharamkannya. Apakah ada yang minta bukti?
 
Nabi pernah mengharamkan untuk meminum madu, serta mengharamkan ummu ibrahim (maria qibtiyah) perempuan dari qobtic (mesir), kemudian Allah menegurnya.
 
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .QS.66:1
 
Dari ayat tersebut penulis dapat kesimpulan bahwa, janganlah terlalu mudah mengharamkan sesuatu yang kita tidak menyukainya, dan janganlah terlalu mudah mewajibkan sesuatu yang kita sukai, namun kita harus adil dalam mengambil hukum. Contohnya memelihara jenggot adalah sunnah, meskipun anda memelihara, guru anda memelihara, dan nabi pun memelihara, dan hukum tetap sunnah meski anda tidak memelihara, atau bahkan anda tak punya jenggot.
 
Maka dalam hal merokok kita juga harus adil, janganlah karena anda tidak merokok membuat anda mengharamkannya tanpa dalil yang jelas, dan janganlah anda menghalalkannya tanpa dalil yang jelas pula, sebab kedua hukum (halal dan haram) adalah hukum yang jelas dengan nash yang jelas, dan sesuatu yang belum jelas akan mengalami beberapa proses.
 
Orang indonesia adalah masyarakat perokok, sementara itu jumlah umat islam terbesar didunia adalah orang Indonesia, bisa dikatakan orang muslim kebanyakan perokok, bekerja dipabrik rokok, menjual rokok, menanam tembakau, dan seabrek hal yang tak bisa dipisahkan, misalnya pabrik rokok "Gudang Garam" di Kediri mengganti tenaga kerjanya dengan mesin, berapa ribu warga yang akan kehilangan penghasilan?.
 
Sebagaimana penulis tahu, sesuatu yang haram, menjualnya juga haram, membuatnya haram, dan bekerja dipembuatan barang haram adalah haram. Maka di negeri manakah rokok tidak dijual? Dan di negeri manakah orang muslim seluruh negeri itu tidak merokok?
 
Sebagian ulama memberi hukum haram, juga sebagian dokter memberi hukum haram, namun sebagian ulama memberi hukum makruh, dan sebagian dokter malahan merokok, penulis disini senada dengan ulama yang mengatakan makruh.
 
Kenapa makruh? Sebab merokok bisa membuat istrinya batuk, bau mulut, mengganggu kebebasan orang lain bernafas, namun sisi positifnya membuat manusia hemat karena mulutnya ditpu dengan asap, coba anda lihat orang yang tidak merokok maka punya kebiasaan makan jajan yang berlebihan, merokok bisa membuat orang semangat kerja, bisa membuat manusia punya imajinasi, atau bahkan bisa menghibur orang yang sedang sedih. Namun yang jelas rokok tidak membuat orang mati.
 
Kalau saja rokok membuat orang mati, maka bisa dipastikan hukumnya haram, misalnya anda sakit paru-paru dan anda tahu kalau merokok membuat anda mati, maka kalau anda merokok dan mati maka anda terbebani dengan hukum haram tersebut. Namun realitanya dilapangan banyak para perokok berumur panjang, coba lihat orang disekitar anda, bahkan ketika saya kecil ada seorang nenek tua menipu mulutnya dengan "nginang" atau "susur" mungkin diantara pembaca ada yang tidak paham, saya sendiri kurang tahu bagaimana menjelaskannya.
 
Penulis tidak sepakat jika rokok membuat orang mati, sebab mati, rizki dan suami istri adalah rahasia Allah, namun yang jelas rokok itu kotor dan mengandung penyakit, bukan hanya rokok mungkin yang mengandung penyakit, makanan dan minuman juga banyak yang mengandung efek samping, contohnya makanan yang instan, minuman-minuman semacam coca-cola, pepsi dan semacamnya juga mengandung bahaya, sebagaimana penelitan yang mengatakan hal tersebut membuat perut membesar dan kelebihan beban yang terjadi dimasyarakat modern yang berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut.
 
Jadi berlebihan dalam sesuatu akan merubah hukum asal, sebagaimana Allah berpesan walaa ta'tadu atau walaa tusrifu (jangan berlebihan) dalam hal yang dihalalkan, atau bahkan dalam hal yang diperintahkan, contohnya
 
….Dan janganlah sekali-kali kebencian kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya . Dan tolong-menolonglah kamu dalam  kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.QS.5:2
 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. QS.5:87
 
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,  janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.QS.2:190
 
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa  dan tidak sama . Makanlah dari buahnya  bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ; dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.QS.6:141
 
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap  mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.QS.7:31
 
Maka dalam hal ini penulis mengambil pengetahuan bahwa janganlah berlebihan dalam merokok, dan dalam hal ini penulis punya bukti yang penulis lihat diwaktu kecil, seorang kakek yang merokoknya satu batang rokok perhari, diwaktu pagi dia merokok separo, lalu dimatikan dan disore har lagi separonya, meskipun kakek itu punya rokok satu bungkus, dan kakek itu meninggal pada usia sekitar 93 tahun.
 
Para kyai sebagian juga merokok, meski sebagian yang lain tidak, tapi mereka tetap yakin bahwa rokok itu tidak wajib bahkan sunnah pun tidak, tapi makruh dan bisa haram kalau berlebihan, bahkan seorang kyai pernah berkata kurang lebihnya begini "merokok itu lebih baik, jika dengan merokok hati kita ingat Allah, dari pada tidak merokok tapi hati kita tidak ingat Allah". Setidaknya dalam merokok anda tidak rugi, dari pada tidak merokok hati manusia tidak ingat Allah, malah sibuk ngerasani orang lain yang sedang merokok.
 
Bisakah anda tidak merokok dan hati anda tidak membicarakan keburukan orang? Jangankan hati diam, mulutpun tak bisa diam dengan kekurangan orang lain. Namun jika pembaca bisa tidak merokok dan hati selalu ingat Allah dan melupakan kekurangan orang lain, maka lakukanlah, penulis yakin itu lebih baik.
 
Namun jika tidak bisa, maka marilah kita isi hati kita dengan ingat Allah, meski sambil merokok atau sambil beraktifitas yang lain, dengan begitu kita akan bisa menghapus kekurangan kita pada saat merokok, dengan amal baik kita berdzikir pada Allah, dengan catatan ditempat yang tidak merugikan orang lain secara umum, atau untuk zaman sekarang adalah dikawasan "smoking area", dan janganlah dikawasan "no smoking area" seperti di Masjid, Kendaraan umum, Rumah sakit, Kantor, Sekolahan, dan berbagai tempat yang akan merugikan orang banyak,
 
…….Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan  perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. QS.11:114
 
Demikianlah pikiran penulis tentang perokok, tidak ada orang yang selalu benar kecuali mereka yang maksum, jika ada yang ingin menyangkal, penulis akan sangat senang hati, namun penulis ingin pada siapa saja yang menyangkal memberi bukti nash, empirik, dan solusi, jangan hanya bisa menghakimi dan tak peduli dengan manusia yang mengais riski dengan bekerja dipabrik rokok, menjual rokok, menanam tembakau, sanggupkah memberi pekerjaan yang lebih baik?
 
Allim
Cairo, Sabtu 17 Mei 2008
Engkaulah Yang Berhak Menghisab
Kembali Ke Atas Go down
 
Perokok Dalam Islam
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» apakah FPI membela Islam?
» Kekhilafahan Islam, masihkah relevan untuk saat ini?
» Sampai dimana peran Islam dalam membentuk peradaban manusia?

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
KanG_GurU :: Karya Mochammad Moealliem :: Rak Tulisan 06-
Navigasi: